Pages

Thursday, May 28, 2015

Menyurat Ibu


Teruntuk Ibuku tersayang.

Sudahkah Ibu mengerti ketika anak gadismu ini tidur dengan nyenyaknya, ia akan kehilangan kesadaran meski tidak sepenuhnya? Lalu berdampak dengan adanya penurunan respon terhadap rangsangan dari luar. Rangsangan itu termasuk ketika Ibu mencoba berkomunikasi denganku disaat aku masih terlelap dalam buaian mimpi-mimpi indah, pun ketika aku masih dalam fase postdormitium atau peralihan dari tidur kembali ke sadar. Sebaiknya kegiatan menyuruhku melakukan sesuatu dan meninggalkan pesan secara lisan tidak dibiasakan. Akan lebih efektif jika Ibu menggantinya dengan cara lain, misalnya menulis note atau sms saja sebelum Ibu keluar rumah saat aku dalam kondisi masih tidur pulas.

Hal tersebut sebagai upaya menghindarkan dari berbagai resiko miskomunikasi yang berdampak pada kemaslahatan kita bersama. Bu, sungguh rasanya tidak enak ketika aku harus mengingat-ingat kembali apa yang coba Ibu komunikasikan kepada saraf pusat, sedangkan fungsi saraf motorik dan sensoriku sedang melemah bahkan hampir diblokade. Bangun-bangun seperti orang linglung, Bu. Jangan salahkan jika aku mengucapkan kata-kata tidak jelas dan pesan untuk mengangkat jemuran tidak tersampaikan, sehingga berakibat basahnya beberapa jemuran terkena hujan ketika aku sudah pergi keluar rumah juga. Sesungguhnya aku sudah berusaha dengan keras untuk mengingat, Bu.

Jadi Bu, sebaiknya hentikan kebiasaan mengajakku berbicara ketika aku masih tidur apalagi memberiku pesan ataupun perintah untuk melakukan sesuatu.Tunggulah aku bangun, Bu. Atau sms saja...

Love you, Ibu.





#31HariMenulis #9


No comments:

Post a Comment