Pages

Sunday, May 31, 2015

Penawar



Dibawah semburat oranye lembayung senja, aku menemukanmu termanggu menatap nanar gradasi ternama karya sang Pencipta.  Aku sudah datang, begitu sapaku. Kau menatapku, tanpa kata terucap dari bibirmu. Ah, pasti itu lagi, pikirku. Selalu saja seperti ini.
Gelak tawa, canda riang yang merekah siang tadi sudah tak dapat kutemukan lagi dalam binar matamu. Kini yang terlihat hanyalah lipatan pikiran di dahimu yang sengaja untuk terus kau simpan entah sampai kapan. Aku masih terdiam, memberimu kesempatan untuk merangkai kata menjadi sebuah cerita keluh kesah yang sudah kuduga kemana akan bermuara.
Sungguh tidak adil, kenapa selalu denganku kau membagikan cerita sendu itu. Berulang kali kukatakan, berdamailah dengan masa lalumu. Tapi tetap saja kau yang bebal membiarkan kenangan memperbudak angan dan harapan. Kau layak diselamatkan, begitulah yang selalu ada dibenakku. Yang membuatku bertahan untuk terus mendengarkan setiap bait pilu yang kau lantunkan. Sebenarnya aku memiliki rasa, sebuah penawar yang baik untuk menambal luka. Namun sepertinya kau belum sadar, sedangkan aku pun masih enggan.






#31HariMenulis #12 
#fiksi

No comments:

Post a Comment